Selasa, 31 Mei 2011

MALAM RENUNGAN AIDS NUSANTARA 2011 BENGKULU


Waktu menunjukan pukul 18.35, suasana kesiapan malam renungan aids nusantara telah tertatah rapih, kegiatan ini berada di bahu kiri pelataran parkir Benteng Marbro berhadapan dengan laut pantai tapak padri, baleho berukuran 6 x 2 meter terpasang dengan kokoh di pembatas antara pagar benteng marbro dan area parkir, bertuliskan MALAM RENUNGAN AIDS NUSANTARA Mengurangi stigma, menjamin akses, peningkatan sumberdaya, mempromosikan keterlibatan odha. Sedangkan di hadapan baleho tersusun sejuta lilin berbentuk pita dengan lingkaran alas lesehan karpet plastik biru tertata dengan rapi membentuk hurup U berwarna biru, di empat sudut-sudut pojok lesehan terdapat lampion berbentuk kotak berwarnah merah menyala dengan lilin penerang melengkapi hamparan pelataran MRAN…semntara suara sound mendayu selolah olah merestui renungan aids ini…

waktu menunjukan pukul 19.10 wib tiba-tiba gerimis menyapa membasahi sanset ini…Relawan yang dari sore siaga dengan rela tak bergeming!…. Rintik ujan turun dari langit semakin menjadi membasahi! uh apa kah kau tak restui MRAN ini tuhan…atau KAU menguji ketulusan kami dengan guyuran hujan “MU”….”ucap salah satu panitia yang suaranya hampir tak terdengar” rintik hujan tetap saja semakin ramai.. bergegas relawan MRAN pelan-pelan melipat alas yang terbentang…sebagian lagi berinisiatip menggeser peralatan terpasang , sound tadinya nyaring menjadi sunyi….seorang perempuan muda duduk terlihat sambil memegang lilin yang tidak menyala ditanganny…berdoa berharap tuhan memberikan restu akan malam MRAN ini..sementara tamu yang datang berteduh di antara rumah monument mencemooh sejuta lilin yang belum sempat ternyala…

Jam menunjukan pada pukulu 19.50 Wib. hujan mulai terasa tertahan…rintik rintik berkurang….wajah-wajah relwan yang tak lelah tersenyum spontan berinisiatip menyipakan semua yang ada pada malam ini…lagu mulai menyala…layar infokus mulai bersinar mememacarkan cahaya viasual yang tak kalah dengan gelap yang menyapa..”MRAN Harus jalan ucap salah seoarang panitia…” kita harus semangat lontaran dari bibirnya terdengar…maka lima menit kemudian disela hujan yang tertahan pembawa acara sigap mempersilahkan undangan bersila di antara lilin yang masih kokoh berdiri…seolah tak mau kalah seolah ingin membuktikan kepedulian pada malam ini…peserta undangan yang hadir bersila duduk tak memperdulikan rinai hujan…….undangan yang hadir diperkirakan berjumlah lebih kurang seratus lima puluh orang, yang mewakili dari beberapa elemen okp, lsm, mahasiswa, Dosen Universitas, Dinas terkait, clap motor dan masyarakat sekitar…Sementara menunggu kehadiran undangan yang belum datang…dilakukan pemutaran film dokumenter HIV/AIDS.

Pukul menunjukan 18.30 Wib…
Seoarang pemandu acara mulai membacakan susunan acara….Suasana malam renungan saat itu terlihat lebih santai bermakna …hujan berganti dengan desiran angin…

Acara di mulai dengan Kata sambutan dari kordinator MRAN, di lanjutkan dengan Kata sambutan dari Pembina KIPAS Pak Tamrin Bangsu, selanjutnya kata penyampaian dari KPA Kota sekaligus membuka acara MRAN ini dengan di akhiri doa…

Acara Puncak :
hujan telah berganti dengan hembusan angin…wajah wajah sang panitia terlihat tersenyum senang melempar kecut yang tadi menggumpal…..kini berganti senyuman…

Pemandu acara membacakan kembali susunan acara yang telah disusun….” Di awali dengan paparan epidemologi HIV/AIDS dari Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu ibu susilawati…..namun di karenakan ibu sudah pulang sebelum acara di mulai..maka paparan ini di disampaikan oleh kipas

Setelah paparan epidemologi HIV/AIDS selesai dilanjutkan dengan pembacaan puisi….yang di bacakan oleh salah satu relwan kipas tentang surat dari odha…

Pukulu menunjukan 20.40 Wiba
Kembali pembwa acara menyampaikan “acara selanjutnya adalah “Pemutaran Film Kisah orang dengan HIV/AIDS”…

Selang pemutaran film pembwa acara kembali menyampaikan “sebagai pelengkap dalam acara kita dengarkan “testimoni dari sahabat kita odha” berbagi tentang rasa rasa persahabtan….dengan ini kami persilahkan hadir didepan”…. suasana menjadi hening…semua mata saling memandang tak ada satupun yang berdiri….hening!..kembali pembawa acara kembali menyampaikan ““dipersilahkan sahabat kita odha untuk hadir didepan…lagi lagi semua hening!….”……tiba tiba seorang Pria Muda berdiri…dan berjalan beberapa langkah dari dalam peserta yang hadir ….menuju kedepan..dan berdiri tepat berada di samping kanan lilin yang tak bernyala….semua mata tertuju pada Pria Muda tersebut…sementara seorang laki-laki yang sebelumnya berada tepat di sebelah pemuda tersebut mengernyitkan dahi “terkejut”…terlihat di wajahnya betapa terkejut tak percaya….dan berbisik dengan sahabat perempuannya “ gak ada beda ya odha dengan kita ”…..Seorang peserta yang berada di pojok belakang wajahnya tertegun…seoarang perempuan mendongak tegak terdiam menatap tajam kearah depan….berbisik entah apa tak terdengar…entah apa di menak yang lain saat itu…

Acara ini berlangusung hikmat….setelah paparan sepatah dua kata di sampaikan sang pria muda tersebut …di lanjutkan dengan penyerahan dana, dana ini merupakan hasil penggalangan dana selam dua hari berturut turut di simpang lima pada tanggal 19 dan 20 MeI 2011… dengan total dana yang terkumpul berjumlah Rp.3.467.800 untuk di serahkan ke pada odha yang tidak mampu dan sakit yang di wakili oleh pria muda tersebut…penyerahan ini di serahkan oleh Bapak Tamrin Bangsu yang merupakan PD III Fisisp Univ Bengkulu… keduanya berjabat tangan dan berpelukan erat..membuktikan bahwa bersalam berpelukan hal yang biasa saja bersama odha…

Pria muda tersebut berkata “saya mewakili odha yang ada di provinsi Bengkulu…Dana ini akan saya berikan kepada odha yang tidak mampu” karena banyak teman teman saya dalam keadaan kurang mampu yang membutuhkan uluran tangan dorongan hidup untuk pemulihan kesehatan…ucapan terima kasih buat teman teman yang telah menyumbangkan sedikit dana ini…semoga tuhan memberikan rizki yang lebih banyak lagi…amen.

Pukul menunjukan pada jam 21.30 Wib
Acara di selingi dengan hiburan Aksi Parkor..di awali dengan pemutaran film aksi parkor yang terpampang di layar lebar.

Setelah pertunjukan parkor selesai kembali keacara yang sangat di tunggu tunggu yaitu penyalaan sejuta lilin.

Salah seorang panitia memandu acara ini…di awali dengan mempersilahkan semua peserta untuk berdiri bersama-sama…sementara panitia yang lain mulai membagikan lilin yang telah disiapkan, pemandu acara menyampaikan “mari sama-sama kita menundukan kepala” “dengan suara rendah”…memejamkan mata sejenak…meresapi bahwa ada banyak teman teman odha yang perang melawan firus di tubuhnya....mari kita meluangkan waktu mengingat perjuangan mereka melawan firus tersebut….

peserta yang hadir mulai menundukan kepala…sementara lagu fuji syukur mengalun dengan sendu suasana menjadi sunyi hanyut hening dan hikmat…tak ada satupun yang bergerak tak satupun tertawa, tak satupun berbicara mengkusukkan diri dalam renungan ini….”ada yang menitikan air mata”…hening

selang beberapa menit kemudian lagu Rutsahanaya dan Katon bagasgara berkumandang mengalun dengan pasti…pemandu acara kembali menyampaikan “mari kita bernyanyii bersama”…semua yang adapun ikut bernyanyi…sementara hujan telah hilang di ganti semilir sinar langit malam seakan merestua MRAN ini…pemandu acara mengarahkan peserta yang hadir menyalakan sejut lilin yanga da di tengah-tengah arena MRAN!…semua peserta yang hadir ikut serta menyalakan lilin…berbaur bersama odha-odha yang ada….terlihat lilin menyala merah berbentuk pita, di sela-sela lilin yang sedang menyala terlihat pria muda tadi berbisik di dengan temannya…”lihat lilin yang menyala ini sebenarnya ketika lilin ini satu yang redup sebenarnya ada satu juga yang berjuang untuk bertahan hidup” suasan semkin hikmat…lilin yang tertata berbentuk pita…memancarkan cahaya menyala terang, Saat itu begitu hikmat begitu menyatu dengan rasa… malam terus bergulir…peserta berjalan melingkar mengintari pita lilin kepedulian…. lilin menyala hingga sinar terakir....dengan berakirnya lilin maka berahir pula acara Malam renungan aids nusantara di tapak padri Bengkulu 2011…”kami ada dengan mu hai sahabtku”

Ucapan trima kasih untuk relawan KIPAS, HIMASTIK, BEM FISIP,PARKOR,KORAN. Teman teman Suport Group KIPAS,stikes TMS, Komunitas Motor, KPA Kota, BKSDA, Dinas terkait serta sahabat-sahabat peduli aids yang tidak bisa di sebutkan satu persatu yang telah mendukung acara ini Mari peduli…

Kegiatan ini di selenggaran Oleh KIPAS, Supor Grup,koran dan Sahabat Relawan jaringan KIPAS dibantu oleh donatur dari relawan Induvidu dan BKSD.
Sekretariat Kipas : JL.Sukarno Hatta V.No.03 Anggut Atas Bengkulu 38222

Jumat, 11 Februari 2011

PECANDU TIDAK HARUS DI PENJARA (BUKAN KRIMINAL)



Apakah penjara mampu menawarkan solusi? yang lebih efektif dan kreatif? Tujuan dari pemenjaraan adalah isolasi, mengurangi kontak antara orang yang dipenjara dan masyarakat umum karena tindakan mereka dianggap merugikan masyarakat. Tindakan para pencandu memang merugikan masyarakat, karena untuk memenuhi ketagihannya dia akan mencuri, menipu, dan mungkin melukai orang lain. Kebanyakan mereka seperti itu karena tidak memperoleh perawatan dan rehabilitasi. Seperti yang mereka alami adalah kriminalisasi, pemenjaraan, dan stigmatisasi masyarakat.Semua perlakuan itu tidak memprioritaskan kecanduannya, tetapi tindakan kriminalnya, yang sebenarnya dapat diatasi jika yang bersangkutan mendapat bantuan profesional segera.Hasilnya, penanganan terhadap pencandu tidak ada kemajuan (kreativitas) , kita membebani negara dan masyarakat sama seperti bertahun-tahun sebelumnya dan tidak belajar dari bukti-bukti baru. Memang kini telah dibentuk lapas narkoba, tetapi sejauh mana fasilitas ini mempunyai program perawatan dan rehabilitasi efektif, masih patut dipertanyakan Kita tahu, musuh masyarakat bukan pencandu, tetapi produsen dan pengedar. Statistik Dephuk dan HAM (2006) menunjukkan, jumlah mereka di penjara jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pencandu (73 persen pengguna, 25 persen pengedar, 2 persen produsen). Hukuman mereka juga lebih ringan dibandingkan dengan pencandu. Pemenjaraan pencandu menyebabkan penjara penuh dan overcrowded, terjadinya kekerasan dan eksploitasi, penularan penyakit (termasuk HIV/AIDS), dan pengembangan jaringan baru yang melibatkan pencandu dalam kejahatan narkoba terorganisasi. Jika kita memahami persoalannya seperti ini, mengapa kita terus melakukan kesalahan yang sama Justru merugikan negara. Mungkin banyak pihak tidak peduli dengan berkurangnya produktivitas SDM yang dipenjara atau negara yang harus membiayai fasilitas dan keputusan seperti itu. Jika dipikirkan matang-matang, seorang pencandu—yang dalam banyak kasus kehilangan tujuan hidup—dapat ditangani secara lebih kreatif dan bermanfaat Penjara seolah menjanjikan adanya detoksifikasi dengan model kalkun dingin (cold turkey), yaitu tanpa bantuan zat/obat. Namun, dengan maraknya peredaran narkoba di penjara, detoksifikasi pun tidak mungkin. Tindakan selanjutnya, yaitu perawatan dan rehabilitasi, jelas tidak dapat terpenuhi di dalam penjara karena programnya tidak dirancang khusus untuk itu. Akibatnya, banyak pencandu yang sakit, ketularan penyakit (termasuk HIV/AIDS), dan meninggal. Karena tingginya penularan HIV di penjara, negara bahkan terpaksa membuat program baru, seperti rumatan metadon dan program pengurangan dampak buruk (harm reduction) lainnya. Artinya, semua biaya yang dikeluarkan negara tidak berhasil membangun kembali SDM yang bermasalah menjadi berguna, tetapi justru membuatnya tidak berguna sama sekali atau menghilangkannya. Beginikah kebijakan publik dikembangkan? jika dimasukkan dalam program rehabilitasi medik, lalu sosial. Mereka perlu mencari makna hidup dengan membantu orang lain melalui bakat-bakat dan kemampuan mereka. Banyak anak akan diuntungkan jika diwajibkan (dengan pengawasan) untuk mengajar di sekolah-sekolah miskin atau membantu melalui kerja fisik dan otak bagi anggota masyarakat di luar Jakarta yang membutuhkan talenta mereka. Memenjarakan orang seperti mereka, apalagi dengan ancaman hukuman yang lebih panjang, justru merugikan negara dan masyarakat. Mengelola sumber daya di dalam negara yang miskin—walau katanya kaya—seperti Indonesia, kita harus pandai-pandai berhemat. Ini bukan hanya soal finansial, melainkan justru soal memaksimalkan modal sosial yang ada. Jangan sampai bakat- bakat para pencandu habis dipenjara sekaligus bersama tubuh dan jiwa mereka. Investasikan sumber daya yang sangat langka di negara ini untuk memerangi narkotikanya, mencegah dampak buruknya, dan mendidik masyarakat. Pencandu bukan musuh masyarakat. Mereka butuh obat dan perawatan, bukan pemenjaraan.
WHO (2002) mengakui adiksi sebagai sebuah penyakit kronis yang sering kambuh (chronically relapsing disease). Untuk itu, perawatan dan rehabilitasi jangka panjang (lebih dari enam bulan) dibutuhkan. Bukti-bukti empirik menunjukkan, perawatan dan rehabilitasi saja tidak cukup, dibutuhkan program purnarawat yang jangka waktunya bisa lebih dari enam bulan. Semua ini berarti, ”penyembuhan” terhadap individu yang mengalami permasalahan adiksi narkoba bukan proses sederhana. Para ahli sepakat, pencandu narkoba mempunyai masalah medis, psikologis, dan sosial yang serius

Adob Mer

Kamis, 10 Februari 2011

PENANGGULANGAN HIV/AIDS




1. Mendidik anggota keluarga berdasarkan norma agama Keluarga memegang peran utama dalam pendidikan agama khususnya orang tua. Karena mereka adalah guru pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan etika dan moral agama. Tak jarang sumber kejahatan/perbuatan negative berasal dari kondisi keluarga yang carut-marut. Orang tua harus peka terhadap problematika yang dihadapi anaknya dan mampu memberikan solusi terbaik baginya. Khususnya bagi orang tua yang memiliki anak yang bersetatus HIV/AIDS, selalu memberikan motivasi positif, mengevaluasi diri terhadap kehidupan keluarganya karena bisa jadi awal keburukan anaknya berasal dari kondisi keluarganya dan senantiasa membantu anaknya setiap saat.2. Partisipasi aktif para tokoh masyarakat Tokoh masyarakat yang dianggap sebagai panutan masyarakat ikut andil dalam menjalankan program-program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Tokoh masyarakat ini harus dibekali berbagai informasi mendalam tentang HIV/AIDS agar tidak memunculkan sikap negative terhadap ODHA. Sebagai teladan masyarakat, maka mereka harus menjadi penggerak pertama untuk menanggulangi HIV/AIDS dan turut menciptakan lingkungan yang kondusif setidaknya di lingkungan sekitarnya. Contohnya dengan menjadi kader peduli HIV/AIDS.

3. Memberdayakan lembaga keagamaan dan adat Faktor penyebab muncul dan menyebarnya HIV/AIDS adalah pergaulan bebas yang menyimpang dari norma keagamaan. Oleh sebab itu, lembaga keagamaan dan adat (jika tidak melanggar norma agama) harus diberdayakan seoptimal mungkin di tengah masyarakat dengan cara lebih giat mendakwahkan syiar agama dan akhlakul karimah (akhlak terpuji). Mereka adalah para tokoh agama yang senantiasa memberikan pemahaman agama kepada masyarakat dan memotivasi ODHA untuk senantiasa melakukan yang terbaik selama hidupnya.

4. Mengoptimalkan peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banyak LSM di tengah masyarakat yang harus kita optimalkan fungsinya. LSM dibentuk untuk membantu kelancaran pelaksanaan program-program pemerintah. Jangan sampai LSM yang ada saat ini digunakan untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi. LSM harus mengevaluasi setiap kinerjanya agar selalu memberikan yang terbaik bagi masyarakat khususnya mengenai penanggulangan HIV/AIDS.

5. Memberdayakan peran lembaga pendidikan (sekolah/perguruan tinggi) Lembaga pendidikan sebagai tempat membina anak didiknya menjadi manusia yang intelektual hendaknya tetap mementingkan nilai moral agama. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang mampu memadukan antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan)). Di Indonesia, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang mampu membentuk manusia menjadi intelektual, namun terkadang lupa dalam menanamkan etika moral. Padahal orang yang pintar tapi hatinya busuk jauh lebih berbahaya bagi Negara daripada orang bodoh. Oleh karena itu,perlu diterapkan metode pendidikan yang mampu menggabungkan intelektual dan agama secara harmonis, tidak berat sebelah. Selain itu, para tenaga kependidikan harus menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya. Karena mereka menjadi figur yang dijadikan contoh oleh anak didiknya.

6. Mengoptimalkan peran media massa Pengaruh media massa baik cetak maupun elektronik mampu membentuk karakter pemikiran masyarakat. Sayap media sekarang semakin marak dengan tontonan pergaulan bebas. Padahal media massa memiliki pengaruh sangat besar dalam mendidik masyarakat menjadi manusia yang bermoral dan intelektual. Penyebaran informasi tentang HIV/AIDS dapat diekspos lebih luas dan cepat bila dibandingkan dengan cara manual (face to face). Informasi mendalam tentang penanggulangan HIV/AIDS akan sampai ke tangan masyarakat lebih sempurna melalui media massa karena masyarakat selalu menonton tayangan televisi dan membaca koran/tabloid. Oleh karena itu, pemerintah harus bekerja sama dengan seluruh media massa yang ada di Indonesia untuk berperan aktif mendidik masyarakat bermoral dan intelektual. Dengan adanya kerja sama ini, penanggulangan HIV/AIDS akan terselesaikan dengan sendirinya.

7. Melakukan berbagai riset untuk menemukan obat HIV/AIDS melalui lembaga riset Selama dua puluh tahun, penelitian terhadap virus HIV/AIDS terus dilakukan oleh lembaga riset dunia. Perkembangan terbaru saat ini adalah berhasil ditumbuhkannya suatu kristal yang memungkinkan peneliti untuk melihat struktur enzim yang disebut dengan integrase. Enzim ini ditemukan pada retrovirus seperti HIV dan merupakan target untuk beberapa obat HIV terbaru. Peneliti dari Imperial College London dan Harvard University mengumumkan telah berhasil memiliki struktur dari integrase dari virus ini. Ini berarti peneliti dapat memulai untuk memahami bagaimana kerja dari obat inhibitor integrase serta bagaimana menghentikan perkembangan HIV/AIDS. Kita berharap obat terbaik bagi ODHA dapat ditemukan secepatnya dan penyebaran HIV/AIDS dapat dihentikan.

Peran MediaSaat ini media yang memberitakan tentang penyakit AIDS tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, atau kondisi sebenarnya yang terjadi saat ini. Banyak media ketika mengangkat berita tentang penyakit AIDS masih salah memilih narasumber, maka dari itu ketika mencari narasumber harus sesuai dengan bidang yang dikuasai. Menyikapi peran apa yang dapat dilakukan insan pers dalam penanggulangan HIV/AIDS, komponen Voluntary and Counseling Testing (VCT) bukan hanya terdiri dari para konselor atau rekan-rekan di LSM yang melakukan penjangkauan dan membantu merujuk penderita ke sarana pelayanan kesehatan. Mengingat VCT merupakan pintu masuk ke dalam jejaring pelayanan, maka diperlukan pula pihak-pihak yang membantu mendorong masyarakat untuk melakukan VCT, dan itu dapat dilakukan oleh kewartawan (media)

Jumat, 03 Desember 2010

Hari aids sedunia Arak Kondom 2X5 M (1 Desember 2010)


Hari aids sedunia yang di peringati 1 desember di Bengkulu terlaksana dengan lancar,melibatkan elemen plajar mahasiswa,Bem universitas dan bem Stikes, motor club, (Stikes Trimandiri Sakti, Stikes Bakti Husada, smp 10, parkor,SMA MUHAMADIA 1,Hima jurnalistik (unib) (maaf tidak tersebutkan satu persatu) serta Lembaga sosial AKAR dan KIPAS.

Kegiatan ini cukup antusias dengan masa mencapai 500 an, tema yang di ambil HAK UNIVERSAL dan HAK AZAZI MANUSIA, dengan subtema Bengkulu Mari tingkatkan promosi dan pencegahan dalam penaggulangan HIV/AIDS.

Kegiatan ini di kemas dengan mengarak kondom raksasa berukuran 2 x 5 meter, dengan rute masjid jamik menuju simpang lima, awalnya kegiatan ini tidak mendapatkan izin untuk di lakukan di bundaran simpang lima namun karena masa yang begitu banyak dan merupakan aksi simpatik pihak kepolisisan mendukung, dan menutup jalan sehingga di perbolahkan peserta aksi simpatik menuju bundaran simpang lima, masa aksi simpati meneriakan yel yel stop aids membuat aksi ini semakin menjadi perhatian masyarakat, dan ini karena keterlibatan semua elemen, Setelah sampai di lokasi simpang lima sebagian masa memecah ke lima titik dan membagikan selebaran stop aids.semntara sebahagian masa yang dikordinir oleh korlap tetap berorasi menggunakan sound system di atas kendaraan pikap berkekuatan 1000 wat dengan di selingi lagu aids.

1 Jam berada di bundaran simpang lima, selanjutnya testimoni orang dengan HIV/AIDS bernama dari RONAL, yang di pandu oleh sorang teman dengan santai membuka ststusnya menghimbau masyarakat untuk peduli dan stop pada aids dan meminta pemerntah memperhatiakn kelompok positif agar di berikan akses kesehatan yang memadai. beliau menyampaikan cukup saya yang hiv/aids.semntara masa tanpa di sadari membentuk lingkaran sehingga membuat 1 desember ini lebih bermakna.

Selanjutnya masa berjalan memutar bundaran berbalik arah kembali dititik awal kumpul sambil mengumandangkan stop aids, stop diskriminasi bagi odha,stop aids sampai disini

Jumat, 09 Juli 2010

IBU

Bayangkan, bahwa kau di besarkan oleh ibumu yang memberikan kasih dan sayang, sejak kau lahir hingga kau bisa membaca tulisan ini, dia berikan perhatian yang luar biasa, setia menjagamu saat kau tidur mengusir nyamuk yang menggigit, pandangi lagi saat sekarng diamana kau sudah besar dan dewasa,sementara ibumu sudah menua dan terlihat letih, pandangilah dengan seksama dia tetap semngat dan memperhatikanmu..sudah saatnya kita membalik peranya..buat dia bangga dengan membahagiakan mencurahkan perhatian..berbakti tanpa mencedrai hatinya.

Sabtu, 01 Mei 2010


Pita Merah

Pita Merah (Red Ribbon) merupakan lambang internasional untuk kepedulian terhadap HIV/AIDS. Pita merah dicetuskan pada April 1991 oleh suatu kelompok dermawan kecil yang bernama Visual AIDS yang berpusat di New York. Mereka ingin menemukan suatu tanda peringatan abadi yang menjadi lambang untuk mempersatukan berbagai pihak di seluruh dunia yang peduli dengan meluasnya penyebaran AIDS. Di Inggris, Pita Merah pertama kali dipakai oleh 700.000 penggemar lagu pop saat konser musik memperingati Freddy Mercury yang diselenggarakan di stadion Wembley pada April 1992.


Putri Diana memakai Pita Merah pada World AIDS Day Concert of Hope (Konser Harapan Hari AIDS Sedunia). Saat ini, orang-orang di seluruh dunia memakai Pita Merah untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian mereka terhadap HIV/AIDS. Peduli terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA), mereka yang telah meninggal dunia, dan mereka yang merawat serta mendukung Odha dengan penuh kasih sayang.

Pita Merah dimaksudkan agar menjadi lambang pengharapan agar pencarian vaksin dan obat untuk menghentikan penderitaan ODHA berhasil. Pita Merah juga menawarkan dukungan simbolis. Dukungan untuk ODHA, untuk terus mendidik mereka yang tidak terinfeksi, untuk upaya maksimal dalam menemukan pengobatan, serta untuk mereka yang telah kehilangan teman, anggota keluarga, atau orang yang dicintai karena AIDS.

Tetapi Pita Merah saja tidak cukup. Pita Merah hanya dapat menjadi lambang yang berguna jika diikuti dengan ucapan dan perbuatan yang betul-betul dapat membuatnya berbeda. Jik Anda ditawarkan Pita Merah, berarti Anda diminta untuk menerima dan memakainya sebagai sebuah penghargaan kepada jutaan orang yang hidup dengan atau tersentuh HIV-AIDS di seluruh dunia. Siapa saja dapat memakai Pita Merah untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki pengertian pada masalah seputar HIV/AIDS.

Semua ini merupakan upaya yang muncul dari masyarakat. Tidak ada Pita Merah yang resmi. Anda pun dapat membuatnya sendiri. Memakai Pita Merah merupakan langkah pertama dalam memerangi HIV/AIDS. Pita Merah dapat dipakai kapan saja sepanjang tahun, tetapi khususnya pada Hari AIDS Sedunia. Langkah berikutnya adalah mendukung ODHA dan mengingatkan yang tidak terinfeksi.

Senin, 26 April 2010

Usah Kau Lara Sendiri (R&K)


Rutsyana & Katon

Kulihat embun menghalangi pancaran wajahmu
tak terbiasa kudapati terdiam mendura
apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
sekilas kilau mata ingin berbagi cerita

Kudatang sahabat bagi jiwa
saat batin merintih
usah kau lara sendiri
masih ada asa tersisa …

Rentangkan tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil ‘tuk memandu
tak hilang arah kita berjalan
… menghadapinya …

Sekali sempat kau mengeluh kuatkah bertahan
satu persatu jalinan kawan beranjak menjauh

Kudatang sahabat bagi jiwa
saat batin merintih
usah kau lara sendiri
masih ada asa tersisa …

Rentangkanlah tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil ‘tuk membantu
tak hilang arah kita berjalan
… menghadapinya …

Rentangkanlah tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil ‘tuk membantu
tak hilang arah kita berjalan
… menghadapinya …
Tak hilang arah kita menjalaninya
… menghadapinya … (usah kau lara sendiri)

(Lagu ini acap di nyanyikan pada Malam renungan aids
sekedar berbagi rasa)