Jumat, 03 Desember 2010
Hari aids sedunia Arak Kondom 2X5 M (1 Desember 2010)
Hari aids sedunia yang di peringati 1 desember di Bengkulu terlaksana dengan lancar,melibatkan elemen plajar mahasiswa,Bem universitas dan bem Stikes, motor club, (Stikes Trimandiri Sakti, Stikes Bakti Husada, smp 10, parkor,SMA MUHAMADIA 1,Hima jurnalistik (unib) (maaf tidak tersebutkan satu persatu) serta Lembaga sosial AKAR dan KIPAS.
Kegiatan ini cukup antusias dengan masa mencapai 500 an, tema yang di ambil HAK UNIVERSAL dan HAK AZAZI MANUSIA, dengan subtema Bengkulu Mari tingkatkan promosi dan pencegahan dalam penaggulangan HIV/AIDS.
Kegiatan ini di kemas dengan mengarak kondom raksasa berukuran 2 x 5 meter, dengan rute masjid jamik menuju simpang lima, awalnya kegiatan ini tidak mendapatkan izin untuk di lakukan di bundaran simpang lima namun karena masa yang begitu banyak dan merupakan aksi simpatik pihak kepolisisan mendukung, dan menutup jalan sehingga di perbolahkan peserta aksi simpatik menuju bundaran simpang lima, masa aksi simpati meneriakan yel yel stop aids membuat aksi ini semakin menjadi perhatian masyarakat, dan ini karena keterlibatan semua elemen, Setelah sampai di lokasi simpang lima sebagian masa memecah ke lima titik dan membagikan selebaran stop aids.semntara sebahagian masa yang dikordinir oleh korlap tetap berorasi menggunakan sound system di atas kendaraan pikap berkekuatan 1000 wat dengan di selingi lagu aids.
1 Jam berada di bundaran simpang lima, selanjutnya testimoni orang dengan HIV/AIDS bernama dari RONAL, yang di pandu oleh sorang teman dengan santai membuka ststusnya menghimbau masyarakat untuk peduli dan stop pada aids dan meminta pemerntah memperhatiakn kelompok positif agar di berikan akses kesehatan yang memadai. beliau menyampaikan cukup saya yang hiv/aids.semntara masa tanpa di sadari membentuk lingkaran sehingga membuat 1 desember ini lebih bermakna.
Selanjutnya masa berjalan memutar bundaran berbalik arah kembali dititik awal kumpul sambil mengumandangkan stop aids, stop diskriminasi bagi odha,stop aids sampai disini
Jumat, 09 Juli 2010
IBU
Sabtu, 01 Mei 2010
Pita Merah
Pita Merah (Red Ribbon) merupakan lambang internasional untuk kepedulian terhadap HIV/AIDS. Pita merah dicetuskan pada April 1991 oleh suatu kelompok dermawan kecil yang bernama Visual AIDS yang berpusat di New York. Mereka ingin menemukan suatu tanda peringatan abadi yang menjadi lambang untuk mempersatukan berbagai pihak di seluruh dunia yang peduli dengan meluasnya penyebaran AIDS. Di Inggris, Pita Merah pertama kali dipakai oleh 700.000 penggemar lagu pop saat konser musik memperingati Freddy Mercury yang diselenggarakan di stadion Wembley pada April 1992.
Putri Diana memakai Pita Merah pada World AIDS Day Concert of Hope (Konser Harapan Hari AIDS Sedunia). Saat ini, orang-orang di seluruh dunia memakai Pita Merah untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian mereka terhadap HIV/AIDS. Peduli terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA), mereka yang telah meninggal dunia, dan mereka yang merawat serta mendukung Odha dengan penuh kasih sayang.
Pita Merah dimaksudkan agar menjadi lambang pengharapan agar pencarian vaksin dan obat untuk menghentikan penderitaan ODHA berhasil. Pita Merah juga menawarkan dukungan simbolis. Dukungan untuk ODHA, untuk terus mendidik mereka yang tidak terinfeksi, untuk upaya maksimal dalam menemukan pengobatan, serta untuk mereka yang telah kehilangan teman, anggota keluarga, atau orang yang dicintai karena AIDS.
Tetapi Pita Merah saja tidak cukup. Pita Merah hanya dapat menjadi lambang yang berguna jika diikuti dengan ucapan dan perbuatan yang betul-betul dapat membuatnya berbeda. Jik Anda ditawarkan Pita Merah, berarti Anda diminta untuk menerima dan memakainya sebagai sebuah penghargaan kepada jutaan orang yang hidup dengan atau tersentuh HIV-AIDS di seluruh dunia. Siapa saja dapat memakai Pita Merah untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki pengertian pada masalah seputar HIV/AIDS.
Semua ini merupakan upaya yang muncul dari masyarakat. Tidak ada Pita Merah yang resmi. Anda pun dapat membuatnya sendiri. Memakai Pita Merah merupakan langkah pertama dalam memerangi HIV/AIDS. Pita Merah dapat dipakai kapan saja sepanjang tahun, tetapi khususnya pada Hari AIDS Sedunia. Langkah berikutnya adalah mendukung ODHA dan mengingatkan yang tidak terinfeksi.
Senin, 26 April 2010
Usah Kau Lara Sendiri (R&K)
Rutsyana & Katon
Kulihat embun menghalangi pancaran wajahmu
tak terbiasa kudapati terdiam mendura
apa gerangan bergemuruh di ruang benakmu
sekilas kilau mata ingin berbagi cerita
Kudatang sahabat bagi jiwa
saat batin merintih
usah kau lara sendiri
masih ada asa tersisa …
Rentangkan tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil ‘tuk memandu
tak hilang arah kita berjalan
… menghadapinya …
Sekali sempat kau mengeluh kuatkah bertahan
satu persatu jalinan kawan beranjak menjauh
Kudatang sahabat bagi jiwa
saat batin merintih
usah kau lara sendiri
masih ada asa tersisa …
Rentangkanlah tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil ‘tuk membantu
tak hilang arah kita berjalan
… menghadapinya …
Rentangkanlah tanganmu di atas bahuku
biar terbagi beban itu dan tegar dirimu
di depan sana cahya kecil ‘tuk membantu
tak hilang arah kita berjalan
… menghadapinya …
Tak hilang arah kita menjalaninya
… menghadapinya … (usah kau lara sendiri)
(Lagu ini acap di nyanyikan pada Malam renungan aids
sekedar berbagi rasa)
Senin, 19 April 2010
Malam Renungan Aids Nusantara
Malam Renungan AIDS Nusantara merupakan kegiatan kemasyarakatan yang diselenggarakan setiap tahun (biasanya dalam bulan Mei) secara serentak di seluruh Dunia. Di Indonesia kegiatan ini sudah ada semenjak tahun 1991, namun baru pada tahun 1996 penyelenggaraan MRAN menjadi meluas hampir ke seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan yang bersifat non politis, mengajak semua orang untuk sementara waktu melupakan kesibukannya dan melakukan renungan AIDS. Malam Renungan AIDS Nusantara ini bertujuan untuk menyatukan semua orang dalam memikirkan dan merenung epidemi AIDS yang sudah banyak mengambil nyawa manusia di dunia. Dengan MRAN ini kita diajak juga untuk memberi dukungan kepada Orang dengan HIV/AIDS (Odha) dan Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (Ohidha). Melalui renungan AIDS kita diajak bukan saja untuk peduli terhadap masalah AIDS tetapi melalui renungan kita diajak untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan. Jadi MRAN bisa mengubah penderitaan menjadi tekad dan tindakan yang membawa perubahan.
Selasa, 13 April 2010
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM). Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM). Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM meliputi ini tidak terlepas dari seorang korban yang memiliki hak yang sama.
Kamis, 08 April 2010
Pecandu adalah KORBAN
Ketika sesoarang bayi lahir...tidak ada satu orang tua pun mengatakan" nak kamu besar harus jadi pengguna napza ya... atau nak kamu besar menjadi pecandu putau yah"..tetapi orang tua akan bilang Nak kamu besar nanti kamu berbakti pada orang tua dan besar menjadi pengusaha sukses ataupun menjadi seorang presiden..dan tidak ada satupun orang tua yang mencita cita citakan anaknya menjadi pecandu... tetapi proseslah yang mengahantarnya,pada kenyataan pecandu di anggap kriminal padahal jelas bahwa adanya pecandu berasal dari tatanan keluarga pemerintah yang amburadul...Pecandu bukanlah KRIMINAL tetapi KORBAN
KORUPSI dan HIV/AIDS
Ada banyak korup yang terjadi saat ini,dari tatanan birokrat hingga kelas kaki lima semua demi perut yang tak lain hanyalah bertahan hidup, dalam kenyataannya kemajemukan korup mengalir seperti akar yang tersiram air menjalar tidk terlihat, tak bisa di salahkan sejak tumbangnya rezim Suharto justru membalikan fakta pada kenyataan lebih menindas, rakyat yang di telanjangi oleh keruetan dan beban birokrasi yang berbeli belit menambah insting pelaku administarsi untuk mengambil keuntungan secara pribadi dan kelompok.keperkasaan inilah menjadi momok penindasan rakyat, pada posisi yang berbeda, korupsi juga mempengaruhi Penaggulangan HIV/AIDS, akibat kurangnya pemahaman epidemic HIV/AID mengakibatakan minimnya kerja atau program Penaggulangan HIV/AIDS di akibatkan anggaran yang ada tersedut pada pembangunan infrasturktur dengan keuntungan induvidu dan kelompok saja, hasil yang didapat adalah masyarakat yang menerima imbasnya,minimnya pengobatan dan kepedulian, ketidak mampuan orang orang yang tidak mampu dan yang sengsaranya jelas adalah Rakyat.
Yang harus di lakukan adalah pemahaman yang sama, komitmen,konsisiten dan keterlibatan semua elemen masyarakat, serta pemerintah sendiri harus benar benar memunculakan intensitas yang terukur termasuk didalamnya penganggaran program.
Permpuan & HIV/AIDS
Tidak sedikit sahabat perempuan terdiagnosa HIV/AIDS, dari data KIPAS 10 orang Permpuan Odha 8 terinveksi dar pasangannya, keterlambatan diagnose dan ketertutupan pasangan (swami) membuat perempuan menjadi terdampak, dampak yang lain adalah sebuah ketakutan dari dalam diri sendiri dengan di bayangi akan sebuah ketakutan akan stigma,bahkan akibat yang buruk justru bisa didapatnya, permpuan terdampak ini akan lebih berat jika sudah bekeluarga…mengurus anak suami, dalam hal ini di perlukan perhatian pada semua element masyarakat, komiteman dan ksonisten dalam kepedeluian sangatlah di perlukan dalam menempatkan korban sebagi mahluk yang layak untuk di perhatikan, dan bukan untuk di abaikan.